Alhamdulillah.... Ulangan Kenaikan Kelas udah finished... tinggal menunggu hasilnya nanti... =)
Tapiiiii... Hari ini saya kembali dibingungkan oleh sesuatu yang amat penting dalam hidup ini. Sesuatu yang berjuluk
PENDIDIKAN
Memangnya ada apa dengan pendidikan? Apa yang saya bingungkan?
Jadi begini, kebingungan saya kali ini dibangkitkan oleh fakta yang baru saja saya hadapi. Fakta ini begitu mengusik saya, apalagi ditambah kebingungan-kebingungan lama yang memang belum clear...
What's fact?
Oke, sedikit curcol... Seperti biasa, setiap kali selesai ulangan akhir semester, maka hari-hari selanjutnya adalah hari-hari yang dilematis. Bagaimana tidak? Murid-murid sudah malas berangkat sekolah, tapi masih ada jadwal remidi. Dan tentu saja, pengumuman daftar murid yang remidi baru akan ditempel beberapa hari sebelum pelaksanaan remidi. Itu artinya, kalau tak mau ketinggalan info, murid kudu rajin-rajin check billboard. Kalau males ke sekolah, ya nitip aja sama murid rajin, yang akan dengan senang hati berangkat ke sekolah buat update. Sumpah ini gak praktis banget... Halllooo, ini udah 2011... kenapa gak manfaatin sistem online aja sih?! \(!!˚☐˚)/
Sorry agak nglantur... back to focuss...
Tadi, saya, dengan mata kepala sendiri menyaksikan tiga kawan baik saya menangis. Kenapa menangis? Karena ternyata mereka remidi suatu mapel. Padahal menurut mereka, pas tes mapel itu, mereka yakin bisa ngerjainnya dengan baik. Lagipula, nilai harian mereka untuk mapel itu juga gak jatuh kok....Mereka juga merasa udah pol-polan mempersiapkan diri untuk tes ini. Lalu, kenapa harus mereka yang remidi?
Suasana yang mulanya baik-baik saja, berubah jadi gak enak and serba salah. Untung aku masih kuat buat nahan diri supaya gak ikutan nangis. Tapi sayang, aku gak cukup kuat untuk melontarkan kata-kata hiburan. So, I just keep silent... (⌣́_⌣̀)
Kalau dipikir-pikir, ada beberapa faktor sih yang bisa bikin mereka remidi: human error, device error, and luck...
Human error: bisa jadi mereka kurang teliti dalam mengerjakan tes... mungkin juga ngisi LJKnya kurang hati-hati....
Device error: mungkin karena kekurangsempurnaan robot pengoreksi bernama 'scanner', jawaban mereka jadi tidak terbaca dan dianggap salah...
Luck: yeah... secara model soalnya adalah pilihan ganda, maka faktor luck ini lumayan berpengaruh juga... kalau anda orang yang taat beribadah dan menjauhi perbuatan dosa, lalu anda berdoa supaya jawaban anda benar, He can make it for you...
Ya, kejadian inilah yang membangkitkan kebingungan lama saya tentang sistem pendidikan di Indonesia. Sampai rumah, saya pun langsung online... and I found this article, such a good article...
Dalam artikel ini, penulisnya mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di negeri ini belum didesain untuk mengantarkan setiap generasi penerus bangsa menuju keberhasilan, masa depan yang gemilang. Kurikulum kita justru bisa mematikan keahlian alami yang dimiliki seseorang.
Banyaknya jumlah mata pelajaran yang harus diikuti, tingginya standar kelulusan, sistem yang masih terpancang pada nilai, guru-guru yang hanya mengajar [bukan mendidik], hingga metode belajar yang hanya sekedar menghafal [bukan memahami] telah membuat pendidikan kita seperti ini...
What should I do, then? What can we do?
Sejak kecil saya sudah terbiasa dengan sistem ini. Dan saya sudah cukup berhasil menjalankan sistem ini. Saya sadar, sistem ini kurang baik. Tapi saya juga tidak tahu, apakah jika sistem diganti dengan yang lebih baik, saya akan bisa beradaptasi dengan lancar? Apakah sistem yang lebih baik dapat menghantarkan saya menjadi pribadi yang lebih baik?
PS: untuk bacaan tambahan silakan klik link ini... ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What do you think about this post? Please leave your comment!