Selasa, 13 Desember 2011

Beautiful Fake

Harus ku apakan bunga plastik yang sudah terlanjur ada di ruang pribadiku?

Aku tak ingat kapan tepatnya aku menemukannya, dan di mana. Tapi, tentu saja aku ingat siapa yang menjatuhkannya. Entahlah, saat itu aku hanya memungutnya, menyelamatkan bunga plastik itu agar tak terinjak-injak. Sama sekali tidak ada niatku untuk mengembalikannya ataupun membuangnya ke tempat sampah. Ya, aku sendiri yang memasukkannya ke ruang pribadiku.

Bodohnya aku yang pernah memperlakukan bunga plastik itu layaknya bunga sungguhan: memupuk dan menyiraminya. Sampai sehari setelah kiamat pun, bunga plastik itu tetaplah bunga plastik, tidak akan berubah wujud menjadi bunga sungguhan.

Belakangan ini, aku sudah lumayan berhasil mengerem perilaku konyolku itu. Tapi masih saja aku membiarkan bunga plastik itu mengisi pojok ruang pribadiku. Aku masih belum bisa mengambil keputusan. Aku tahu, bunga plastik itu hanya menghabiskan space di ruang pribadiku, tanpa banyak manfaat bagiku. Namun bunga plastik itu juga masih terlalu indah untuk kupindahkan ke tong sampah.

Hmph.

Lama kupandangi bunga plastik itu. Beautiful fake. Tak ada sedikitpun aroma yang ia tebarkan untuk ruang pribadiku, meski eksistensinya mampu memanjakan indera visualku.

Apakah sebaiknya kukembalikan saja bunga plastik itu kepada orang yang telah menjatuhkannya?

Tapi bagaimana...? Bahkan selama ini aku sering dilanda rasa takut, takut ketahuan bahwa aku menyimpan bunga plastik itu.

Bagaimana kalau kamu beralih saja ke bunga sungguhan? Ya... Tanamlah sendiri bunga itu. Rawat ia dengan hatimu. Rawat ia agar ia jadi bunga yang cantik warnanya, harum aromanya. Jadi bunga yang cantik, hanya untuk DIA...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think about this post? Please leave your comment!