Minggu, 28 Maret 2010
Jikalau...
Pohon itu terus ada sampai sekarang... Ia mengikatku... Ku tak bisa lepas darinya, sulit... Sungguh ku ingin mencabutnya... Namun ia telah terlanjur besar, melampaui kekuatanku untuk mencabutnya... Jadilah aku termenung... Hanya bisa menatapnya dalam diam... Berharap dalam hati, ia tidak akan tumbuh dengan cepat...
Karena pohon itulah, aku terhalang dari bintang... Rimbun daunnya telah menghalangiku menikmati bercengkerama dengan bintang... Jikalau pun dapat, pasti hanya kikuk yang ada... Meski setelahnya, ku tetap terlonjak bahagia...
Jikalau, takdir-Nya lain... Jikalau pohon itu tak dijadikan-Nya... Pasti aku bisa berteman dengan bintang... Bersahabat dengannya... Namun, karena pohon itu ada, jadilah hubunganku dengan bintang tak bisa berjalan biasa...
Oh... Jikalau pohon itu tak ada...
Selasa, 16 Maret 2010
Berharap PadaNya
Berharap jangan pada manusia
Berharap hanya padaNya
Tiada yang lain
Selain Dia yang Setia
Memberi setiap cinta yang kauminta
Tiada yang lain
Selain Dia yang Pencinta
Membelai lembut dengan ayat cinta
Tiada yang lain
Selain Dia yang Ada
Di manapun, kapanpun...
Untukmu...
Tiada yang lain
Selain Dia yang Tahu
Segala resah cintamu
Yang memantulkan gelisah hatimu
Tiada yang lain
Selain Dia, Maha Segala
Tiada yang lain
Hanya Dia...
Ana Uhibbuk
Pantaskah aku mengaku
Karena ku belumlah mekar
Kuncup, itulah aku
Bisakah kau terima kata itu
Jika datang dari sesuatu
Yang belum pasti indahnya
Uhibbuk... uhibbuk...
Sungguhpun kuteriak
Itu hanya agar ku lega
Tak kuharap kau tahu
Tak kuharap kau percaya
Namun, ku tak mampu
Besar energi tercekat, buntu
Tak bisa kuteriakkan kata itu
Aku kuncup yang pengecut
Tak ingin dunia tahu
Biarkan aku tak terusik
Tinggalkan aku dalam gelisah
Sendiri menanti mekarku...
Senin, 01 Maret 2010
Mutiara Cinta 2
“Bertemu dan berpisah denganmu, sukses memporandakan tenangnya hati ini…”
Kawan, sudahkah engkau berpikir akan pasangan hidupmu kelak? Seperti apa kriterianya? Tampan? Cantik? Sholeh? Pintar? Kaya? Atau…?
Hmm, apapun angan kalian tentang calon pendamping ideal, aku yakin kalian setuju dengan kata-kataku ini: Pasangan hidup yang terbaik adalah pasangan yang bisa membuat kita merasa nyaman, tentram, baik ketika kita mendekapnya, memandangnya, ataupun hanya sekedar mengingatnya. Merasa aman dalam keadaan apapun.
Tulisan ini aku dedikasikan khusus untuk diriku dan remaja-remaja yang sedang dilanda
Apa sebenarnya tujuan berpacaran?
Sungguh sulit bagiku untuk menjawab pertanyaan itu. Karena aku tidak melihat satupun tujuannya. Yang kulihat hanyalah suatu ketidakjelasan.
Lalu, apa gunanya memendam cinta? Membiarkannya busuk tanpa ada yang tahu? Memutuskan untuk tidak menyibaknya? Apalagi untuk berpacaran?
Kawan, mungkin kau akan terhindar dari satu dosa, tapi tetap saja kau tak bisa lepas dari dosa. Mungkin kau akan terhindar dari berpacaran. Namun, bersediakah kau menjamin bahwa hati dan pikiranmu sepenuhnya juga terbebas dari bayang nafsu cinta? Sepenuhnya terfokus pada Dia semata? Tetap beramal demi ridho-Nya ataukah kau akan beramal demi riya’ terhadap orang yang kau cintai? Demi memenangkan perhatiannya?
Segala anugrah masa remaja ini sejatinya adalah ujian bagi kita sendiri. Mampukah kita mengendalikan nafsu cinta? Ataukah kita akan mengalah padanya?
Apakah kita, remaja-remaja yang sedang kasmaran, juga merasa nyaman, tentram, dan aman dengan keberadaan si dia, orang yang kita taksir itu? Jikalau tidak, maka kenapa masih saja diteruskan?