Senin, 01 Maret 2010

Mutiara Cinta 2

“Bertemu dan berpisah denganmu, sukses memporandakan tenangnya hati ini…”

 

Kawan, sudahkah engkau berpikir akan pasangan hidupmu kelak? Seperti apa kriterianya? Tampan? Cantik? Sholeh? Pintar? Kaya? Atau…?

 

Hmm, apapun angan kalian tentang calon pendamping ideal, aku yakin kalian setuju dengan kata-kataku ini: Pasangan hidup yang terbaik adalah pasangan yang bisa membuat kita merasa nyaman, tentram, baik ketika kita mendekapnya, memandangnya, ataupun hanya sekedar mengingatnya. Merasa aman dalam keadaan apapun.

 

Tulisan ini aku dedikasikan khusus untuk diriku dan remaja-remaja yang sedang dilanda asmara. Remaja-remaja yang entah melampiaskan kasmaran mereka dengan berpacaran ataupun menyembunyikan rasa itu.

 

Apa sebenarnya tujuan berpacaran?

 

Sungguh sulit bagiku untuk menjawab pertanyaan itu. Karena aku tidak melihat satupun tujuannya. Yang kulihat hanyalah suatu ketidakjelasan.

 

Lalu, apa gunanya memendam cinta? Membiarkannya busuk tanpa ada yang tahu? Memutuskan untuk tidak menyibaknya? Apalagi untuk berpacaran?

 

Kawan, mungkin kau akan terhindar dari satu dosa, tapi tetap saja kau tak bisa lepas dari dosa. Mungkin kau akan terhindar dari berpacaran. Namun, bersediakah kau menjamin bahwa hati dan pikiranmu sepenuhnya juga terbebas dari bayang nafsu cinta? Sepenuhnya terfokus pada Dia semata? Tetap beramal demi ridho-Nya ataukah kau akan beramal demi riya’ terhadap orang yang kau cintai? Demi memenangkan perhatiannya?

 

Segala anugrah masa remaja ini sejatinya adalah ujian bagi kita sendiri. Mampukah kita mengendalikan nafsu cinta? Ataukah kita akan mengalah padanya?

 

Apakah kita, remaja-remaja yang sedang kasmaran, juga merasa nyaman, tentram, dan aman dengan keberadaan si dia, orang yang kita taksir itu? Jikalau tidak, maka kenapa masih saja diteruskan?

 

Susah memang, tapi bukan tak mungkin…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What do you think about this post? Please leave your comment!