image taken from here
Ini kisah tentang seorang gadis kecil nan imut, yang sangat cinta permen. Setiap hari, ada saja permen yang menyambangi mulut mungilnya. Mulai dari lollypop, hingga permen cokelat termahal. Namun, sebenarnya si gadis tidak terlalu peka terhadap rasa setiap permen. Baginya, semua permen itu berasa sama: ENAK !!
Sayangnya, ia termasuk anak yang sulit disuruh sikat gigi. Usaha keras ibunya dalam memaksa si gadis paling maksimal hanya mampu membuat gadis itu mengulum sikat gigi yang sudah diberi pasta gigi anak rasa jeruk, atau strawberry. Setelah itu, mau tak mau sang Ibu sendiri yang menggosok gigi gadis kecilnya sembari mengomel, "Pasta gigi ini bukan permen, sayaaaang. Jangan diemut yaaa! Kalau kamu pingin bisa makan permen terus, harus mau rajin sikat gigi... Kalau nggak rajin sikat gigi, nanti permennya nggak mau temenan sama kamu... ya sayang yaaaa..."
Namun, omelan itu bernasib sama dengan omelan-omelan sebelumnya: masuk telinga kanan, langsung keluar telinga kiri. Bahkan tanpa mampir ke otak walau sebentar.
Setiap hari, si gadis terus saja mengulum aneka permen. Akan tetapi, sayang sekali, sang Ibu tidak bisa setiap hari menggosok gigi gadis kecilnya. Seiring dengan bertambahnya umur si gadis, Ibu merasa sudah bukan saatnya lagi ia turun tangan secara langsung. Gadisnya harus mulai diajari tentang tanggung jawab. Sang Ibu hanya sesekali memarahi si gadis yang masih susah disuruh sikat gigi.
Hingga suatu hari, si gadis merintih kesakitan. Ia menangis seharian di kamar. Ada apakah gerangan?
Olala... si gadis sakit gigi rupanya. Segera, sang Ibu mengantar gadisnya ke dokter gigi.
Setelah memeriksa si gadis, Bu Dokter Gigi yang cantik itu berkata, "Ternyata gigi adik berlubang. Lubangnya udah besar. Harus dicabut giginya. Adik suka makan permen ya?"
Si gadis mengangguk.
"Gosok giginya sehari berapa kali?"
Si gadis terdiam.
"Wah, anak saya ini memang susah disuruh gosok gigi, Dok," jawab sang Ibu.
"Wadhuh... ya jangan begitu dong. Adik mau giginya dicabut semua?"
Si gadis menggeleng.
"Makanya, adik harus rajin gosok gigi yaa? Janji?"
Si gadis mengangguk.
*****
Sadarkah kita, bahwa sebenarnya kisah itu adalah tentang diri kita masing-masing?
Ya, di dalam diri kita, masih terdapat karakter 'si gadis kecil'. Walau kita tak menyadarinya.
Buktinya?
Kita masih sering melakukan sesuatu yang sebenarnya kita tahu bahwa sesuatu itu tidak baik untuk kita. Misalnya, kita berulang kali mengingkari janji, kita berulang kali berkata bohong, kita berulang kali membuang-buang waktu untuk hal tak berguna, dsb-dsb.
Mungkin, di dunia ini kita hanya mendapat jeweran-jeweran kecil dari orang-orang yang kita ingkari janji, yang kita bohongi. Namun, di akhirat nanti, janji-janji dan kata-kata bohong itu sendiri yang akan menjewer kita. Mungkin kita masih bisa menghibur diri dan tidak meratapi setiap detik yang telah kita buang percuma dalam kehidupan. Akan tetapi, bisa dipastikan di akhirat nanti kita akan sangat menyesalinya.
Ya, kitalah si gadis kecil...
Sudah berulang kali kita mendapat jeweran lantaran nekat menuruti hawa nafsu negatif. Sayangnya, berulang kali pula kita melupakan jeweran itu dengan mudah, dan kembali berkawan dengan nafsu.
Tidak pernah merasa dijewer?
Hati-hati !! Jangan-jangan nurani anda sudah mati...
Dini hari Rabu, 7 September 2011
ditulis setelah penulis merasa dijewer lagi
dan semoga setelah jeweran yang ini, penulis jadi kapok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What do you think about this post? Please leave your comment!