Kawan, sungguh aneh lakunya rasa cinta yang melandaku... Nilai suatu pernyataan logika di kehidupanku menjadi terbalik: yang benar jadi salah, yang salah jadi benar. Ini contohnya:
Jika saya tidak tahu akan suatu hal dan saya tahu ada orang lain yang lebih paham akan hal tersebut, maka saya akan bertanya kepada orang itu.
Jika saya bertemu dengan orang itu, saya akan langsung menanyakan apa yang saya tidak tahu itu.
Jika saya mendapat kesempatan untuk bertemu dengan orang itu, maka saya akan bersikap profesional dan tidak salah tingkah.
Well, those are right in the right condition...
Namun, apa yang kualami berbeda. Karena orang itu, yang lebih paham akan suatu hal yang saya tak tahu, adalah orang yang telah menyuntikkan virus ke dalam ragaku. Virus, dan bukan patogen lain, yang belum ada obatnya karena manusia masih belum mampu meracik racun untuk makhluk hidup setengah mati atau mati setengah hidup itu. Bahkan hingga kini, virus itu masih sering membuatku kumat.
Anyway, pernyataan-pernyataan logika di atas menjadi bernilai salah untukku yang telah teracuni virus ini. Dan menjadi benar jika bunyi pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
Jika saya bertemu dengan orang itu, maka saya tidak akan terlalu banyak bicara dengannya.
Jika saya bertemu dengan orang itu, maka saya akan lupa dengan banyak hal yang ingin saya tanyakan kepadanya.
Jika saya bertemu dengan orang itu, maka saya akan jadi salah tingkah.
Jika saya tadi bertemu dengan orang itu, maka sekarang saya akan berbicara untuk diri sendiri tentang semua hal yang ingin saya katakan kepadanya tadi.
Weird, yeah...
Well, virus ini bukan sesuatu yang eksak. Bahkan hakikatnya sendiri pun tidak eksak: bisa dikatakan sebagai makhluk hidup dan bisa dikatakan sebagai benda mati. Layaknya two face. Black and white.
Ooooh, bahkan virus ini juga membuatku tidak eksak (baca: rasional). Hati lebih mendominasi otak.
Hhhhhh.... just hope it'll be a happy ending problem...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
What do you think about this post? Please leave your comment!